Rabu, 10 April 2013

Ketidakpastian

Tidak pasti, kata yang nggak enak buat dirasain. Seperti halnya menunggu kamu. Penuh tanda tanya, ketidakpastian...

Sampai sekarangpun, aku belum mengerti mengenai kepastian itu. Aku nggak tahu apa ada respon darimu. Jika ada, kenapa sama aja? Tetep aja kamu acuh. Ya tetep aja ada kemajuan, jadi mulai deket. Tapi masih tetep kamu acuh di pesan. Ngertikah kamu bahwa aku disini merindumu? Taukah rindu ini selalu berontak, bertanya-tanya dimana tuannya. Setiap sore setiap malam, rindu ini bagaikan api disiram bensin. Berkobar penuh bara. Tapi apa? Rindu ini seakan tak berbalas sesuai keinginan. Mungkin disana kamu enggak ngerasain apa yang aku rasa. Cara tersimpelnya. Pendam.

Maret. Seakan dunia berpihak, seakan semesta ini berkata lain dan sang penguasapun seakan setuju. Dua kali menghabiskan waktu denganmu, seperti hal termustahil yang selalu aku khayalkan. Gimana enggak, Februari diisi dengan kekosongan, lost contact sama sekali. Sampai aku sempat berpikir, inikah waktunya
buat menyerah? Apakah ini akhir penantianku, akhir yang tak berujung. Tapi semesta berkata lain, seolah berkata ini bukan akhir. "Kejar! Kejar dia!". Dan Februaripun berkata sama. Andai ketika itu kamu nggak buat pm "Cepetan maret, februari jahat", mungkin aku nggak akan pernah mulai komunikasi lagi. Aku nggak mau kamu beranggapan gitu. Taukah kamu tentang Februari? Mungkin kamu tidak mengingatnya, tapi aku selalu ingat. Dimana saat pertama kali kenal kamu, dan aku merasa Februari itu spesial. Aku selalu berfikir tentang februari tahun ini, untuk bisa jadi lebih spesial. Aku pikir mungkin waktu yang pas buat nembak. Rencana itu sirna ketika makin lama makin misscont. Hilang sudah kepercayaan diriku. Sampai ketika Maret datang, kepercayaan itu mulai tumbuh. Besar, besar, semakin besar. Hingga aku berfikir kalau kamu juga ada rasa ke aku. Kamu juga udah mulai respon ke aku. Harapan itu semakin tinggi, ketika kita jalan bareng. Aku liat dari matamu, pandangan yang melukiskan kenyamanan. Serta senyum manis dari wajahmu, menggambarkan kamu bahagia bersamaku. Aku semakin percaya diri, untuk bisa lebih dekat ke kamu.

April. Ketika semuanya kembali semula. Aku ngerasa jauh lagi, aku ngerasa kehilangan, sosok yang buat aku nyaman. Hanya ada rindu yang tersimpan, tanpa bisa disampaikan. Aku coba buat sedikit menghapus rindu ini, tetep aja nggak bisa. Aku tau, kalau aku nggak mungkin terus-terusan kirim pesan ke kamu tiap hari, karena itu pasti akan buatmu bosan. Aku tahan sehari duahari dan seterusnya. Tapi aku nggak bisa, selalu aja rindu ini mengalahkanmu. Dan aku coba dengan peruntunganku. Aku kirim pesan ke kamu. Balesannya sama seperti sebelumnya. Sekitar 15menit sekali bales. Dan dengan beberapa pesan, setelah itu nggak dibales lagi. Apa kamu sesibuk itu? Waktu buat mempertemukan rindu aja susah. Apa sama sekali nggak ada rindu dalam dirimu disana? Aku hanya bisa mencoba untuk lebih mengerti akan keadaan. Keadaan yang amat menyiksa, terikat oleh rindu, yang tak menemukan tuannya. Aku coba buat menjeda, melewatkan beberapa hari tanpa kabarmu.Seolah rindu ini berkata "Apa kabarnya? Lagi apa dia? Pedulikah dia?".

Kirim pesan sekalipun dari pertama kali kenal, nggak pernah. Segitu nggak pedulinya kamu ke aku? Apa emang kamu nggak mau tahu tentangku disini yang jauh darimu? Yasudahlah. Lagi-lagi kepercayaan diri itu hilang. Yang ada malah pesan dari orang-orang lain, yang mencoba untuk masuk dalam keputus-asaan ini. Kenapa harus mereka yang peduli ke aku. Sedangkan malah yang aku harapin untuk peduli, nggak pernah sekalipun peduli. nggak pernah sekali aja kamu kirim pesan apalah, sekedar untuk basa-basilah. Nggak pernah. Aku nggak pernah peduli ke mereka, seperti kamu yang nggak peduli ke aku. Karena hati ini tertutup, kekosongan yang dulu ada, penuh terisi hanya kamu. Iya hanya kamu, nggak sekalipun berfikir untuk mengisinya dengan yang lain. Karena kamu, lebih dari cukup untuk membuatku nyaman. Aku juga pernah bilang ke kamu, "Aku akan tetap nunggu kamu, sampai kamu bosan jadi jomblo". Dan aku nggak akan pernah narik kata-kata itu. Sampai pada ketika kamu bilang kalau kamu menolak rasa ini. Disitulah aku akan berhenti mengejar anganku.

Tapi sampai kapan, sampai kapan terus seperti ini. Terus dengan keadaan 'ketidakpastian' darimu. Yang sesukanya menumbuhkan dan menghilangkan kepercayaan diri dariku. Waktu? Kapan waktu menjawabnya? Kapan semesta berpihak lagi? Jawabannya, hanya bisa menunggu. Menunggu ketidakpastian itu sendiri yang menjawabnya . Akupun mulai sadar. Bahwa sesuatu yang tidak tahu pastinya, lebih menantang untuk ditunggu daripada hanya menunggu yang pasti-pasti aja . Karena ketika kita tidak tahu tentang hasil akhirnya nanti, kita pasti akan terus berusaha keras tanpa henti, sampai kepastian itu datang menghampiri.

Yang bisa kita lakuin sekarang bukan untuk menolak atau melawan ketidakpastian itu, melainkan mencoba bersahabat dengan ketidakpastian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar