Suara yang cocok didengarkan sambil baca postingan ini: Aku Harap Kamu Dengar
–
Pernah gak kamu bertanya, “Kenapa aku bertahan sampai segininya?” Padahal keadaan gak memungkinkan lagi, mustahil buat bersama.
Ketika seseorang suka sama orang lain, dia pasti akan mencari tau
banyak tentang orang itu. Gimana kabarnya dia, latar belakangnya,
kebiasaannya. Kemudian dia akan menyesuaikan informasi-informasi tentang
dia yang disuka dengan kebiasaan yang selama ini dia lakukan. Bahkan
beberapa orang ada yang memaksakan dan rela mengalah demi menyesuaikan
kebiasaan dengan orang yang disukai itu. Contoh sederhananya adalah kalo
kamu suka sama orang lain, maka apa yang menjadi kesukaannya adalah
kesukaan kamu juga. Misalnya ketika kamu suka orang dan orang itu suka
klub bola tertentu, kamu bakal suka (atau mau gak mau mencoba) suka sama
klub bola yang sama dengan dia.
Itu namanya pengorbanan. Kemudian kondisi-kondisi yang sama tadi
diartikan sebagai ‘kecocokan’ supaya dia mau sama kamu. Kemudian pada
kasus beberapa orang yang beruntung gak dapet penolakan, hubungan itu
diteruskan ke pacaran. Pada masa itu, bukan berarti semuanya sudah cocok
dan baik-baik aja. Selalu ada berantem atau semacamnya karena adanya
ketidaksesuaian. Tapi bagi yang bisa mengelola keadaan dan berhasil
melewatinya, bakal jadi ‘pelajaran penyesuaian’ diri satu dengan yang
lain.
Semakin lama, semakin banyak ‘pelajaran’ yang dilewati. Semakin
mengerti satu sama lain. Dan ketika semua ketidaksesuaian gak bisa lagi
ditolerir, di sinilah semuanya berawal. Ada dilema datang, mau udahan,
atau bertahan.
Dan seperti yang gue bilang tadi di atas, ada yang memutuskan untuk
bertahan tapi gak tau alasan pastinya. Mungkin sebenarnya mereka bukan
gak tau, cuma bingung yang mana karena alasan itu terlalu banyak atau
terlalu samar. Kemudian berpikir semua ketulusan yang dilakukan adalah
sebuah kebodohan.
Yang pasti, alasan mereka untuk bertahan gak akan jauh-jauh dari…
Pengorbanan. Semua pengorbanan yang dulu dilakuin semata-mata biar
kamu sesuai sama dia, gak mungkin dilepasin gitu aja. Pengorbanan itu
berubah menjadi kebiasaan dan ketika waktunya sudah terlewat, menjadi
kenangan yang sulit dilupakan.
Ketika hendak menyerah, ingatlah apa yang sudah kamu lakukan sampai sejauh ini.
Keengganan memulai dengan yang baru. Memulai lagi, dari awal lagi,
menyesuaikan lagi, berkorban lagi. Beberapa orang terlalu malas, atau
terlalu takut melakukan hal ini.
Memulai itu gak pernah mudah.
Gak tergantikan. Orang yang bertahan sampai sebegitunya gak mungkin rasanya kalo buat orang yang biasa-biasa saja.
Mungkin banyak yang lebih baik dari dia, tapi yang sama kayak dia, gak akan ada.
Alasan terakhir. Katanya, ketika kamu jatuh cinta dengan sangat
kepada seseorang, kamu gak akan tau kenapa. Mungkin alasan itu akhirnya
berhasil ditemukan. Sebuah kata sederhana yang diterapkan dengan rumit,
“Sayang”.
–
Lalu gimana dengan kamu? Perasaan kamu itu stuck, atau sayang? Kamu itu tulus atau bodoh?
By :: landakgaul
Pas baca ini, sejenak terdiam. Ngerasa banget sama sikonnya. Mungkin aku termasuk semuanya. Iya. Aku stuck ke kamu, sayang juga pastinya. Aku tulus ke kamu, mungkin bodoh juga iya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar