Kamis, 06 Juni 2013

Rinduku Dalam Diam



Sangat terasa sekali, betapa beban rindu ini begitu susah dikendali.

Sudah dua minggu aku lostcontact denganmu, yang berarti sudah dua minggu juga aku menyimpan rasa ini, rasa rindu yang selalu bergejolak dalam hati. Aku tersadar rasa ini semakin gagah, membentur-benturkan dirinya ke dinding jiwa, membuatku hampir gila.

Bukan inginku untuk berdiam diri untuk tidak berkomunikasi denganmu. Tapi aku hanya mencoba untuk lebih mengertimu, mengerti dengan semua keadaan sibukmu.  Dalam diamku bukan berarti aku mengacuhkanmu, bukan berarti kamu lepas dalam kepedulianku. Aku tahu kalau dua minggu ini kamu masih menjalani ujian kenaikan kelas, aku tahu kamu butuh konsentrasi tinggi untuk meraih hasilmu. Karena itu, aku melakukan ini. Memenjarakan rindunya sendiri, begitu besar egoku menahan rasa rindu yang ingin menyeruak keluar, terbang bebas ke hati tuannya untuk bersandar.


Awalnya, sangat sulit bagiku untuk mengendalikan rindu ini. Sulit rasanya sehari saja tidak berkirim pesan via bbm denganmu. Sulit sekali untuk tidak mengutarakannya, walau hanya dalam bentuk kata-kata. Tapi, semakin hari, semakin aku mengerti cara menghadapi rindu ini. Aku belajar untuk berusaha tetap tenang menyikapinya, dengan pemikiran yang lebih mendasar, yang tidak hanya menuruti ego saja, namun pemikiran dewasa yang menyertainya.

Aku mengurungkan niat tanganku untuk mengetik sebuah pesan, yang kuharap bisa menjadi suntingan motivasi untukmu mengerjakan ukk itu. Penuh perjuangan untuk menahan itu semua, karena rindu ini sangat kuat. Aku pikir akan malah menjadi pengganggu saja sebuah pesan dariku, yang akan memecahkan konsentrasimu untuk menanggapi hal-hal ‘kurang’ penting dariku.

Mungkin disana kamu berpikir aku menjauh darimu, atau aku sudah tidak peduli denganmu. Tapi asal kamu tahu, aku disini selalu memerhatikanmu, dalam kejauhanku, dalam diam. Atau mungkin kamu juga tidak peduli dengan keadaan lostcontact ini, atau juga mungkin kamu malah bahagia karena aku tidak mengganggumu lagi. Mungkin.

Besok, adalah hari terakhir kamu mengikuti ukk. Dan aku berharap bisa memulai komunikasi denganmu lagi. Entah apa yang akan aku lakukan untuk hari esok. Apa aku akan sekedar basa-basi mengirim pesan untuk menyampaikan sepucuk rindu, atau malah mempertemukan rindu ini yang telah lama berlalu. Yang pasti kulakukan sekarang ini, dan hari-hari yang sudah terlewati adalah berinteraksi dengan Tuhan. Dengan Tuhan, aku bisa menitipkan rinduku lewat doa-doa yang aku sampaikan. Dan dalam diam, selalu terselip doa yang aku tujukan untukmu setiap malam.

1 komentar:

  1. hehhh cah alayy meneng wae nek cowok ki kudu jentel, sampe in langsung napaa layy alay hahahaa
    *piss

    BalasHapus